Monday 13 January 2020

Precious Memory

"Rabu, yok."

Dia masih pegang hape sambil tiduran tepat sebelum aku berangkat. Ku sahut oke seperti biasa karena tahu tak boleh berharap terlalu banyak kalau dijanjiin jalan sama adik perempuan super nyebelin kesayangan itu. Ngajak jalannya sering, yang terealisasi cuma satu dua kali. Jadi aku pasrah walaupun tetep pengen karena bakalan lama enggak di rumah beberepa hari lagi.

Well, jadi. Iyey!
Rabu sore kita keluar dan akhirnya pergi ke salah satu mall untuk (beneran) jalan-jalan adem sambil beberapa kali eye shopping di toko-toko favoritnya. Setengah jam muter-muter sambil mikir mau makan di mana, ia menepuk lenganku berulang kali.

"Nonton aja yok!"
"Hm?"
"NKCTHI!"
"Duh, film indonesia tuh kann? Yang ada Sheila Dara ya?"
"Iya, bagus kok. Yang review udah banyak, ya?"

Agak malas awalnya karena aku emang suka nonton tapi agak anti sama film indonesia. No offense, btw. Cuma beda selera. :)

Tinggal setengah jam lagi sebelum waktu tayang, kita berdua memutuskan beli roti dan minuman kemasan terus duduk-duduk bentar di depan swalayan. Nah, karena makanan dan minuman di bioskop masih enggak masuk akal mahalnya, kita emang biasa enggak beli kecuali nontonnya bawa adik yang paling kecil. Berhubung cuma berdua, bukan pecinta popcorn juga, jadi enggak masalah dua jam nonton tanpa ngemil.

Pas masuk teater, ternyata mbak-mbak yang ngecek tiket, ngecek tas juga. Auto paniklah jadinya karena sisa minuman tadi emang masih ada dan diletak dalam tas. Dalam hati udah pasrah, disita deh nih pasti. Udah lihat-lihatan sama adik sambil senyum-senyum kecil... lolos. Mbaknya nyuruh masuk sambil senyum cantik. Langsung lega terus lihat-lihatan lagi sambil terus jalan dan ketawa-ketawa pas udah agak jauh saking lucunya.

Masih sekian menit setelah pembukaan cerita tayang, aku kaget.

"Oh? ini cerita keluarga ya dek?"
"Iya, katanya gitu."
"Ada bukunya juga kan ini, kayaknya pernah lihat juga ada akunnya di ig."
"Iya, emang ada.. Tapi belum pernah baca."
"Umm, kirain cerita cinta-cintaan anak sma gitu, haha."

Setengah jam pertama, masih biasa tapi lumayan menarik. Alur cerita jelas, dibuat penasaran sama apa yang terjadi di awal. Lanjut, lanjut...

 Wah, speechless.

 Kenapa?

 Baguuusss!

Tapi ya gitu, nontonnya menguras banyak energi. Capek tapi worth banget untuk ditonton. Filmnya realistis, berkeprimanusiaan. I love it. Jarang-jarang film indonesia ngangkat cerita begitu, tapi entah mungkin akunya yang enggak tahu, hehe.

Sempat nangis (dikiit) menjelang akhir cerita karena aku menemukan jawaban untuk satu dari sekian banyak stok pertanyaan yang tersimpan rapi di sini (baca:hati). Pertama, adegan waktu pemeran ibunya bilang, "kebahagiaan ibu itu, ya ayah kalian." Ini beneran kayak jadi penegasan semesta tentang aku yang kemaren-kemaren masih mempertanyakan kenapa ibu tetap bertahan padahal tahu dia terus menderita. Sebenarnya, udah dapat jawabannya di malam duka waktu ayah pergi selamanya. Adegan itu cuma bikin 'deg' aja karena situasi cerita yang agak serupa.

Kedua, pas ending cerita waktu Aurora (anak kedua) pamitan mau lanjut kuliah ke luar negeri. Auto mengalir pas ayahnya meluk terus bilang, "Ayah yang makasih, udah kasi kesempatan untuk perbaiki hubungan kita. Pergilah, lakukan apa yang kamu mau dan impikan." kurang lebih semacam itu. Well, aku disitu dibuat sadar kalau aku ternyata emang enggak pernah benci. Aku cuma rindu diperlakukan layak sebagai anak. :')

Trus, ada satu adegan klimaks yang bikin gemetar sampek buat mata pejam beberapa detik saking intensnya. Ini waktu emosi para pemain udah di puncak dan akhirnya Angkasa, anak tertua di keluarga itu berani bicara dan mengungkap rahasia keluarga mereka. Endingnya baik, masing-masing dari mereka diberi kesempatan untuk saling meminta maaf dan memperbaiki diri. Belajar menerima dan saling terbuka tentang apa yang mereka rasakan satu sama lain.

Filmnya kayak mau bilang, yang namanya keluarga itu mestinya begini. Senang, sedih, susah itu enggak apa, dijalani aja. Kalaupun sempat salah ya juga enggak apa, namanya juga manusia. Tapi kemudian komunikasi dan perbaiki, bersama-sama. :')

So, ini recommended!!
Karena setiap orang punya kondisi keluarga yang berbeda-beda, pasti yang didapat setelah nonton juga bisa beragam. Yang pasti, ceritanya bagus dan pemerannya T.O.P semua, tonton ya!!


**Bonus percakapan cantik after nonton sambil jalan pulang.
"Kalau di kita, yang perannya kayak angkasa berarti da**i  ya kan?" katanya, antusias.
"Um, bener, pas. Trus yang jadi Awan kalian berdua." sahutku sambil ketawa.
"Trus Uni ya Aurora." ikut anguk-angguk masih ketawa. Dalam hati, harusnya aku bisa Angkasa juga sih, tapi Aurora juga bisa.
"Lah, jadi D**f siapa?" lanjutnya.
"Bisa Aurora, bisa Angkasa juga. Enggak mesti pas juga kann. Mereka bertiga, kita berlima jadi mau gimana?!" spontan ketawa berdua sepanjang jalan.

11 Jan 2020

Saturday 11 January 2020

Start Over

Empat tahun.




ya kan? :)

Well, aku memutuskan untuk nulis lagi di tempat yang pernah jadi rumah dan masih selalu kurindukan meski dengan segala memori pilu yang enggak mungkin bisa dilupa. Kabar baiknya, semua memori itu udah masuk kotak harta karun berlabel "precious memory" di sudut hati. Aku paham bahwa mustahil untuk bisa menghapus yang sudah terjadi, jadi aku yang kata orang-orang sekitar sudah banyak berubah ini, akan tetap menyimpan semua tanpa perlu ketakutan dihantui terus-terusan.

Entah sudah berapa kali terbersit untuk membuat blog baru kemudian mulai lagi dari awal sepenuhnya, tapi enggak pernah benar-benar melakukannya. Padahal diri setengah mati merindu tulis dan segala yang berkaitan dengannya.

Desember bagiku selalu punya kesan ajaib setiap tahunnya. Mungkin itulah kenapa aku mau sekaligus mampu memulai lagi. Lebih karena aku butuh kekuatan tambahan untuk bisa menjaga diri dan hati dari terpaan badai yang tak henti beberapa bulan terakhir. Pertempuran yang sama, pergulatan luar biasa yang masih sekuat hati kuredam gejolaknya. :')

Ada banyak sekali yang ingin dan harus kuceritakan. Hela napas panjang, air mata yang tak kunjung jatuh menderas, perjalanan baru, pertanyaan yang belum juga kutemukan jawabnya, dan hal-hal sederhana lain seperti auto senang karena disenyumin mbak-mbak cantik yang sama-sama ngantri kamar mandi.  :D


**ini ditulis di awal desember tapi kemudian harus masuk draft lagi karena banyak kejadian menguras hati yang (mungkin) akan kuceritakan satu-satu setelah ini. 

So, welcome 2020!!
Welcome back, me.